Rabu, 29 September 2010

menghargai perbedaan

Jika kita berbicara tentang budaya berorganisasi di indonesia ini, mungkin bisa dibilang kita masih perlu belajar banyak tentang cara berorganisasi...kenapa bisa dikatakan begitu?? organisasi-organisasi di indonesia ini lebih banyak berorientasi merusak daripada mengayomi.
Coba kita lihat beberapa ormas keagamaan yang ada di indonesia, tanpa saya sebutkan namanya kita pun tahu bahwa mereka bermaksud melakukan ajaran-ajaran yang diajarkan oleh agamanya namun terkadang cara yang mereka pakai terlalu extreme sehingga mengganggu kenyamanan warga di sekitarnya. Kadang cara – cara tersebut malah lebih berhasil merusak prasarana ketimbang menggagalkan kemaksiatanya. Karena biasanya hanya beberapa minggu setelah tempat itu diserang, mereka akan buka kembali seperti biasa.
Namun tidak selamanya ormas tersebut terlihat buruk, ormas tersebut pun sering mengadakan bakti sosial di berbagai tempat. Sekarang tinggal diri sendiri yang menentukan mau menjadi ormas yang merusak atau yang mengayomi masyarakat...
jadi intinya indonesia masih kurang dalam hal berorganisasi karena masih banyak pertikaian dan perusakan antar ormas dan sebagainya. Belajar menghargai dan pengertian itu baik kok..
ayo kita mulai sekarang...

Maaf




sebuah kata yang sangat simple untuk dituliskan tapi kebanyakan orang lupa atau mungkin tidak tahu arti sebenarnya, jika ditanya satu-persatu pasti jawaban yang keluar dari mulut setiap orang berbeda-beda. Karna sebenarnya maaf itu bukan untuk diartikan secara lisan tapi dilakukan dengan hati dan perbuatan.
cara meminta maafpun setiap orang berbeda-beda,begitu pula dengan cara memaafkan. Ada yang karena sudah merasa dekat gak perlu meminta maaf secara lisan, tapi ada pula walaupun yang sangat dekat tetap harus diucapkan secara lisan, gak ada yang salah dengan kedua cara tersebut tapi harus ada saling mengerti satu sama lain. Kadang terjadi salah paham bila kedua orang dengan tipe yang berbeda bertengkar dan mau bermaafan di satu sisi dia merasa gak perlu minta maaf tapi temannya ingin diucapkan secara lisan, cara terakhir jika ada kejadian seperti itu adalah mempertemukan keduanya dan dibicarakan dengan adanya penengah.

Itulah contoh betapa sulitnya memaafkan atau dimaafkan, di satu sisi dia sudah merasa dimaafkan tapi dari sisi orang lain dia belum termaafkan, kenali orang tersebut dengan baik . Bila belum terlalu kenal dengan orang tersebut dan sudah terlanjur berbuat salah kepadanya, mintalah maaf kepadanya secara lisan agar kita tahu dimaafkan atau tidak. Ini hanya saran bukan untuk menggurui.... intinya maaf itu penting.

Sesuatu yang tak terlihat tetapi menentukan



Mungkin judul diatas terdengar agak aneh, tapi hal tersebut yang ingn saya bahas di tulisan ini. Yang dimaksud sesuatu yang terlihat diatas bukan sesuatu yang “mistis” yang lagi booming – boomingnya di dunia film indonesia. Maksud dari judul diatas adalah semangat / spirit seseorang terhadap hal yang ingin dicapainya.
Mari kita ambil contoh dari dunia sepakbola……-Dinding stadion Kemal Ataturk seperti setipis kertas. Dari kamar ganti Liverpool, sorak sorai pemain AC Milan di ruangan yang berbeda begitu jelas terdengar. Semua pemain Liverpool tertunduk lesu. Tak ada yang berani menegakkan kepala. Pada malam final Liga Champions 2004/05 itu, Milan memberikan pukulan telak kepada Liverpool. Milan mampu unggul 3-0 saat jeda.
Tak mau disetir kemurungan, Rafael Benitez menghimpun nafas dan berdiri di tengah para pemainnya. Sang manajer sadar, dia hanya punya waktu 15 menit untuk mengembalikan kepercayaan diri tim. Ketika berjalan dari bangku cadangan menuju ruang ganti, benak Benitez dipusingkan mencari-cari kalimat dalam bahasa Inggris yang tepat untuk "menghidupkan" para pemainnya. Kalimat yang kemudian meluncur dari mulutnya sederhana saja.

"Jangan tundukkan kepala kalian. Kita Liverpool. Kalian bermain untuk Liverpool. Jangan lupakan itu. Kalian harus tetap menegakkan kepala kalian untuk suporter. Kalian harus melakukkannya untuk mereka", serunya.

"Kalian tak pantas menyebut kalian pemain Liverpool kalau kepala kalian tertunduk. Kalau kita menciptakan beberapa peluang, kita berpeluang bangkit dalam pertandingan ini. Percaya lah kalian mampu melakukannya. Berikan kesempatan buat kalian sendiri untuk keluar sebagai pahlawan."

Sebelum tim keluar kamar ganti, Rafa menyusun skema formasi baru di papan tulis.

Rafa sadar, tak ada lagi ruginya mengorbankan seorang pemain bertahan. Liverpool bermain dengan tiga pemain belakang dan kapten Steven Gerrard didorong lebih ke depan. Liverpool memang harus bangkit, sekarang atau tidak sama sekali.

Inilah lima belas menit yang menentukan. Lima belas menit yang mengubah segalanya. Babak kedua menjadi milik Liverpool. Sembilan menit berjalan, Liverpool menyulut sumbu ledak stadion. Dalam rentang enam menit berikutnya, Liverpool ganti mengendalikan situasi. Steven Gerrard memberikan gol inspirasional lewat sundulan kepala menyongsong umpan John Arne Riise. Tak lama berselang, tendangan keras jarak jauh luis garcia tak dapat ditahan Dida. Belum lagi Milan menata diri, pada menit ke-60, Gerrard dijatuhkan di kotak penalti oleh Gennaro Gattuso. Penalti! Awalnya, eksekusi Xabi Alonso sempat ditahan Dida, tapi bola muntah langsung disambar Alonso.

Cerita belum selesai. Kedudukan 3-3 bertahan hingga 90 menit. Pertandingan diperpanjang hingga 30 menit, tapi tetap tak bisa menentukan pemenang. Juara Liga Champions musim itu pun harus diselesaikan melalui babak adu penalti.

Sebelum "babak perjudian" itu dimulai, Jamie Carragher datang menghampiri kiper Jerzy Dudek. Carra menyarankan Dudek agar melakukan "sesuatu" untuk mengacaukan konsentrasi pemain Milan. Dudek langsung teringat rekaman video yang pernah disaksikannya. Kaki spaghetti! Saat adu penalti final Piala Champions 1984 melawan AS Roma, pendahulu Dudek, Bruce Grobbelaar, memelintir-melintir kakinya. Entah memang berpengaruh atau tidak, Grobbelaar berhasil membawa Liverpool menang dan merebut Piala Champions.

Trik yang sama dipakai Dudek ketika Andriy Shevchenko bertugas sebagai eksekutor terakhir Milan. Terbukti, trik kuno itu berhasil. Eksekusi Sheva mengarah ke tengah gawang dan dengan sebelah tangan, Dudek menahannya. Liverpool pun merajai Eropa! Jerih payah fans Liverpool yang terus menggemuruhkan dukungan untuk klub kesayangan mereka terbayar sudah!
Nah itulah yang saya maksudkan entah apa yang dikatakan si pelatih kepada para pemain dari tim LIVERPOOL yang sedang terpuruk tersebut, tiba-tiba bisa menjadi GANAS di babak kedua setelah layu seperti kerupuk kena air di babak pertama..
Kekuatan kata-kata tersebut yang mungkin memotivasi the anfield gank (sebutan untuk pemain liverpool) untuk bisa membalikkan keadaan hanya dalam waktu 45 menit,meski banyak suara-suara diluar sana yang menyebutkan bahwa itu hanya keberuntungan tapi untuk saya khususnya,gak mungkin bisa berubah 180 derajat hanya dalam hitungan menit di ruang ganti. Pasti semangat dan kekuatan kata-kata motivasi itu yang bisa merubah mereka sebegitu cepatnya. Jadi itulah maksud dari judul yang saya tulis diatas.

Satupertanyaan yang masih ada di benak saya : rafa benitez itu seorang motivator (seperti pak mario super) atau pelatih.???
Hehehe biar tuhan yang menjawab…. 

sumber artikel : http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=422535196326&comments